SubmitYahoo Khutbah Sholat Jum’at ~ Febri Irawanto - ilmu kita

Google Plus

Sabtu, 30 Juli 2011

Khutbah Sholat Jum’at


Khutbah Jum’at – 20090327

Posted on by It's Me
Sistem demokrasi sebenarnya muncul sebagai antitesis dari sistem monarki dan teokrasi. Demokrasi sendiri bermakna rakyat yg berdaulat, monarki mempunyai makna raja-lah yg berdaulat. Teokrasi sendiri berarti Tuhan (dan/atau wakil Tuhan) yang mempunyai daulat.
Ketiga sistem ini tidaklah pernah bertemu. Bahkan cenderung akan saling menafikan dan berjalan sendiri-sendiri. Terlebih dengan berkembangnya demokrasi liberal yang begitu individualistik, yang menempatkan pilihan manusia menjadi dasar segalanya.
Padahal sudah jelas sekali bahwa pilihan manusia seringkali didasarkan kepada hawa nafsu dan akal semata, yang semua itu mempunyai keterbatasan dan mudah untuk disusupi oleh setan. Dampaknya, seringkali muncul kebijakan-kebijakan yg justru membahayakan secara moral dan politis. Contohnya adalah kebijakan larangan penggunaan jilbab di Perancis serta larangan pendirian masjid di Swiss.
Karenanya dibutuhkan demokrasi yang dipimpin oleh hikmah. Hikmah di sini adalah kebijakan dan kearifan dalam menentukan keputusan/peraturan yg hendak diberlakukan. Berbagai pertimbangan dan sudut pandang mesti dilakukan dan dilakukan pengkajian dengan baik sebelum akhirnya sebuah aturan diluncurkan dan diimplementasikan di masyarakat.
Aturan dan demokrasi yg terjadi di Swiss dan Perancis akan menjadi bola liar yg bisa membahayakan dunia. Bagaimana jika terjadi balasan dari negara2 muslim?
Ketimpangan juga terjadi dalam demokrasi yg selama ini dianut dan ‘diberlakukan’ di dunia. Yang dimaksud demokrasi yg ‘diperbolehkan’ adalah demokrasi yg menindas/merugikan kaum muslim. Jika kaum muslim dirugikan, tidak akan ada pembelaan. Sementara jika kaum muslim yg bereaksi dan menyerang ‘demokrasi’, maka para pembela demokrasi akan berteriak lantang.
Inilah yg disebut dengan ketidakjujuran para pembela demokrasi, yang lebih membela haknya sendiri dan tidak mempedulikan hak orang lain.
Jadi, bagaimana mungkin disebut demokrasi jika diberlakukan dan ditentukan secara sepihak, hanya yg sesuai dengan hawa nafsu mereka yg boleh berkembang?

Khutbah Jum’at – 20090320

Posted on by It's Me
Seorang pemimpin hendaknya memberikan contoh yg baik kepada yg dipimpin. Dalam skala masyarakat terkecil, seorang suami (dan istri) hendaknya mencontohkan kegiatan yg baik kepada yg dipimpin, entah itu kepada istri ataupun kepada anaknya.
Setelah sang pemimpin memberikan contoh yg baik dalam setiap hal, barulah dia bisa meminta agar para pengikutnya berbuat hal yg sama seperti yg dia lakukan. Yakinlah, jika sang pemimpin sudah terbiasa memberikan contoh yg baik, maka orang2 yg dipimpin akan melakukan hal yg serupa tanpa perlu repot2 utk memaksanya.
Beberapa contoh pelaksanaan hal ini:
  • senantiasa mendirikan sholat dg tertib, sebelum meminta anak kita untuk mendirikan sholat.
  • tidak memberikan contoh korupsi, dalam hal dan bentuk apapun, kepada bawahan di kantor. insya ALLOH para bawahan juga akan sungkan untuk melakukan korupsi.
  • membuang sampah pada tempatnya, niscaya para bawahan tidak akan membuang sampah sembarangan.
  • jika merokok, para pemimpin tidak melanggar peraturan merokok yg telah dibuat.
ALLOH SWT sesungguhnya sangatlah mengecam orang2 (beriman) yg tidak melakukan (mencontohkan) apa2 yg dia katakan/suruh. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Ash Shaff(61):2-3)
Manfaat memberikan contoh, orang lain akan mengerti dan memahami benar apa yg kita inginkan. Selain itu, contoh yg baik dan benar akan mengurangi tingkat kesalahan yg terjadi. Orang lain juga akan mudah cepat belajar dari contoh yg dilakukan

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Blog Pinger Free