SubmitYahoo Khutbah Jumat Manisnya iman, pedihnya kufur ~ Febri Irawanto - ilmu kita

Google Plus

Jumat, 14 Oktober 2011

Khutbah Jumat Manisnya iman, pedihnya kufur

 Khutbah Jumat

Manisnya iman, pedihnya kufur


“Ada tiga perkara yang apabila ketiganya terdapat pada diri seseorang, ia tentu mendapatkan
manisnya iman; Allah dan rosul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya, mencintai seseorang
semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia
sebagaimana ia tidak suka dilempar ke dalam api "
(HR. Muslim) 1)

Manisnya Iman
Hadits ini merupakan kaidah agung dalam Islam. Manisnya iman yakni perasaan nikmatnya hidup,
indahnya hidup yang timbul karena sebab keyakinannya dan ketaatannya kepada Allah ta’ala. Dan
dia rela menanggung derita ujian dan cobaan sesaat karena sebab keimanannya, karena iman pasti
diuji. dan ia tetap ridho Allah sebagai Robb, Muhammad sebagai rosul, Al-Qur’an sebagai
petunjuk, dengan apapun yang dihadapinya. Karena dengan imannya, semua berujung pada hasil
kebahagiaan yang hakiki. 2)

Yang akan mampu merasakan hal tersebut hanyalah mereka yang mengutamakan keimanannya
daripada apapun. Ia utamakan cintanya kepada Allah dan rosul-Nya daripada cintanya kepada
benda-benda. Ia lebih mengutamakan seruan Allah dan Rosul-Nya dengan menunaikan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dari pada ajakan hawa nafsu.
Al-Qodhi ‘iyadh berkata; yang mampu merasakan manisnya iman hanyalah mereka yang cinta dan
taat secara tulus kepada Allah dan rosul-Nya. Dan hanya inilah yang menjadikan jiwanya tentram,
dadanya lapang, kesulitan-kesulitannya menjadi mudah. Hanya orang yang seperti ini saja bisa
merasakan lezatnya iman. 3) Sementara yang lain tidak.

Lebih mencintai Allah dan Rosul-Nya
Lalu apa tanda seseorang itu dicintai Allah?. Sebab setiap sesuatu itu memiliki sifat dan tanda.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Mas’ud; setiap sesuatu itu memiliki ciri-ciri dan tanda-
tanda. Dalam hal ini syeikh al-Hakami ditanya; apa tanda seorang hamba itu dicintai Allah ? Ia
berkata; yaitu ia mencintai setiap apa yang Allah dan rosulullah cintai, ia juga membenci apa saja
yang Allah dan rosulullah benci. 4) Cinta dan bencinya telah tunduk dibawah wahyu, jauh dari cinta
karena hawa nafsu.

Al-Qodhi ‘iyadh berkata; tanda seseorang mencintai Allah yaitu hatinya mampu untuk selalu
menerima seruan-seruan Allah, jiwanya dipenuhi ketaatan kepada-Nya. Ia mencintai sesuaatu yang
Allah cintai serta membenci apa yang Allah benci.
Sebagaimana firman Allah;
“Dan dari manusia itu ada yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu yang mereka
mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman teramat sangat
cintanya kepada Allah” (QS. Al-Baqoroh: 165) 5)

Al-Qodhi ‘iyadh berkata; Cinta (mahabbah) adalah kecenderungan hati untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan apa yang disukai oleh yang dicinta. Kecenderungan itu sendiri terasa nikmat
dan dianggap baik, misalnya yang lumrah diketahui; mencintai wajah rupawan, bacaan qur’an yang
merdu, rasa lezat makanan, kendaraan tunggangan yang kuat dan seterusnya. 6)
Namun ada tingkatan cinta yang lebih tinggi yakni yang lebih mengedepankan sisi dalam (inner)
seperti; rasa cinta kepada yang memiliki sifat adil, bijaksana, tanggung jawab, bisa diandalkan,
lapang dada, empati, pema’af, akhlaq yang baik, dermawan, penyayang, pelindung dan sebagainya.
Padahal semua sifat mulia ini telah ada pada asmaul husna Allah. Juga pada diri rosulullah yang
disebutkan Allah memiliki Akhlaqul karimah 7)
Oleh karena itu rosulullah bersabda;
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga Aku (rosulullah) lebih dicintainya
melebihi orangtuanya, anaknya dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhory).8)

Sebab rosulullah memiliki derajat kesempurnaan, menunjuki manusia ke jalan petunjuk, mengajari
manusia untuk tunduk kepada yang maha Pecinta, menyucikan mereka dari perilaku buruk kepada
ketinggian adab, menerangi manusia dengan cahaya bahwa siapa saja yang mentaatinya akan
dimasukkan surga, sebaliknya siapa yang bandel dan ogah-ogahan beriman akan dicampakkan ke
dalam neraka. (Akhir keterangan Qodhi ‘iyadh) 9)
Orang yang beriman akan merasakan manisnya iman apabila hanya Allah dan rosulullah yang
paling ia cintai. Dan mencintai Allah dan rosul-Nya mengharuskan adanya penghormatan,
ketundukan dan pengagungan. Mendahulukan firman dan sabdanya atas segala ucapan manusia.
Siapapun dia.

Dengan demikian kelak di hari kiyamat tidak akan diterima alasan-alasan mereka yang lebih
mencintai materi bumi dari pada Allah dan rosulullah. Yang lebih mencintai rumahnya, pabriknya,
jabatannya, karirnya, sawah-ladangnya, kendaraannya. Juga ternaknya.
Memang setiap orang pasti mencintai dunia sebagai pembawaan insting. Namun tidak semua orang
mau serta mampu mencintai Allah dan rosul-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman;
“Dijadikan indah bagi semua manusia cinta syahwat kepada wanita-wanita dan anak-anak dan harta
perhiasan dari emas dan perak dan kuda kendaraan dan ternak-ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup dunia. Dan di sisi Allah ada tempat yang lebih baik” (QS Ali Imron: 14) 10)
Mencintai seseorang karena Allah.

Mencintai seseorang karena Allah adalah mencintai sesama muslim. Dan tidak pantas seorang
muslim mencintai musuh Allah. Sehingga mencintai sesama muslim berarti menjalin hubungan
baik bersama mereka dengan saling menghargai mereka, dengan menasehati, saling memberi,

memuliakan dan tidak mendholimi, tidak menyakiti, tidak merusak kehormatannya, tidak mengusik
ketentramannya, harta dan darahnya. 11)
Jika seseorang telah jelas nampak mentaati Allah dan rosul, menjauhi dosa-dosa, tampak secara
lahir selalu berusaha menyempurnakan diri menjadi hamba Allah yang baik, maka alasan apalagi
untuk tidak mencintainya?

Sebab kenyataannya masih ada sekelompok yang saling meng-hajr (menjauhi), saling memvonis,
tidak saling memperbaiki, justru saling men-takfir, kasar, dan jauh dari adab dakwah yang hikmah.
Yang diberikan justru fitnah bukan maslahat. Kedholiman bukan keadilan. Perilaku yang jalang
bukan akhlak mulia. Tidak pernah disampaikan dakwah dan nasehat.
Benci kepada kekufuran
Ia benci menjadi kafir di suatu saat, takut murtad setelah muslim, takut keimanannya berkurang
menjadi minus. Lebih baik ia memilih dilempar ke dalam api dari pada menjadi yahudi, atau
nashrani atau majusi. Atau ia lebih rela dibakar api daripada menjadi kafir. 12)

Dengan demikian nabi seakan-akan bersabda bahwa terbakarnya badan dengan bara api itu lebih
ringan baginya daripada harus menanggung resiko kufur. Bahkan seandainya orang-orang kafir
yang kaya raya di dunia ini diperlihatkan pedihnya siksa yang akan diterimanya kelak niscaya ia
akan berusaha menebusnya dengan semua harta kekayaannya hingga sepenuh bumi. 13)
Meski mereka secara lahiriyah tampak begitu enak, bisa mengenakan pakaian yang bagus-bagus,
makan yang enak-enak, bertempat tinggal dengan fasilitas yang mewah-mewah, namun sebenarnya
hatinya selalu gelisah dengan sebab kesasatnya.

Bagi mereka siksa yang pedih di akhirat14),. Balasan yang akan dia rasakan di dunia adalah
kalutnya fikiran15), hati yang sakit16), umur yang tersia-sia17), amalan yang percuma18), lelahnya
badan, pahitnya hidup19), sempitnya urusan 20), beratnya beban 21), dan kehidupan sehari-hari
yang selalu diliputi dengan kegalauan dan kegamangan.22)

Do’a
Semoga kita semua mampu meraih tiga kaidah utama kelezatan hidup ini. Sebab hal ini merupakan
sebuah derajat yang tinggi bagi seorang muslim agar mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan
hidup. Dunia akhirat. [Sy@h]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Blog Pinger Free