SubmitYahoo Khutbah Jumat Permulaan wahyu kepada Rosulullah ~ Febri Irawanto - ilmu kita

Google Plus

Jumat, 14 Oktober 2011

Khutbah Jumat Permulaan wahyu kepada Rosulullah

 Khutbah Jumat 

Permulaan wahyu kepada Rosulullah
 

Dari Jabir bin Abdillah berkata, Rosulullah bersabda; “Saat aku berjalan tiba-tiba aku mendengar
suara dari awang-awang maka aku mengangkat kepalaku dan menyaksikan malaikat yang datang
kepadaku di goa Hiro’ duduk di Kursiy antara langit dan bumi, maka aku bergetar ketakutan maka
aku pulang dan aku berkata; selimutilah aku!, selimutilah aku!,’ maka Allah menurunkan ayatnya;
‘Wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah maka berilah peringatan, dan Robbmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa jauhilah, yaitu berhala, kemudian
wahyu turun berangsur-angsur” (HR. Muslim) 1)

TAHANNUTS
Rosulullah ber-tahannuts atau ‘Uzlah di goa Hiro’ dilakukan dengan menyendiri dalam rangka
beribadah kepada Allah. Dan bukan bertapa, yoga maupun kontemplasi. Imam Al-Khotoby berkata;
rosulullah beruzlah agar mencegah diri dan menjauhi perbuatan dosa yang telah menyatu di
masyarakat Quraisy saat itu. Uzlah dimaksudkan agar kondisi hati mampu berdzikir dengan
khusyuk, mudah bertafakkur, membersihkan diri dari ambisi-ambisi hawa nafsu. 2)
Teladan rosulullah ini sebagai pelajaran kepada umatnya agar mengerjakan ibadah dengan khusyuk,
selalu bertafakkur, tidak mengikuti macam-macam maksiyat yang ada di masyarakat. Meskipun
tidak harus pergi ke goa dan menjauhi masyarakat.

TURUNNYA AL-‘ALAQ 1 – 5
Rosulullah kemudian didekap malaikat Jibril tiga kali dengan sangat erat saat ber-uzlah dan
diperintahkan: ‘iqro’! (bacalah) namun nabi sebagai orang yang ummy (:tidak bisa membaca dan
menulis) berkata; ‘maa Ana biqori’ (:aku tidak bisa membaca). Lalu dikatakan; bacalah…………
“Bacalah dengan nama Robb-mu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah dan Robb-mu agungkanlah. Yang mengajari manusia dengan perantara qolam. Yang
mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq: 1-5) 3)
Para ulama’ berkata; faedah dekapan malaikat adalah agar nabi tidak berpaling dan agar
memfokuskan perhatiannya kepada wahyu yang hendak disampaikan. Dan hal ini dapat diambil
pelajaran kepada para pengajar seyogyanya berhati-hati dalam memberikan arahan, agar umat yang
dibimbing atau muridnya bisa menerima pelajaran dengan baik. Meski tidak harus dengan cara
dekapan. 4)

Hikmah nabi sebagai manusia yang ummy adalah agar kelak originalitas Al-Qur’an sebagai wahyu
Allah tidak diragukan, agar tetap terjaga dan tidak dipengaruhi oleh perasaan atau pemikiran-
pemikiran filsafat yang kacau. Meskipun demikian yang mengajri nabi adalah guru yang kuat dan
dahsyat, yakni malaikat Jibril. 5)

Rosulullah memang benar ‘ummy’, akan tetapi ummy tidak berarti bodoh, sebab beliau adalah
imam Ulul ‘Azmy bagi seluruh nabi dan rosul, orang yang paling cerdas (fathonah) untuk seluruh
masa, sebagai guru paling cerdas bagi umatnya, sebagai suami dan ayah terbaik untuk keluarganya,
beliau adalah super manager bagi bawahannya, komandan terhebat dalam 400 lebih peperangan,
Maharaja paling melindungi bagi kalangan lemah, orang yang terpercaya bagi semua stakeholder-
nya. Dan seterusnya. Dengan demikian mungkinkah seorang nabi bodoh?
ZAMMILUUNY !
Rosulullah mendapatkan wahyu pertama tersebut bergetar ketakutan, menggigil menyaksikan
dahsyatnya Jibril dalam bentuk aslinya kemudian beliau terjatuh ke bumi. Kemudian berlari pulang
menuruni lembah-lembah berbatu. Dan berkata kepada Khodijah; ‘Zammiluuny ! (selimutilah
aku!)’. Maka Khodijah pun menuangkan air dingin serta menghibur nabi dengan berkata; ‘Sungguh
Allah tidak akan menghinakanmu, Demi Allah, engkau adalah orang yang suka menyambung
silaturahmi, suka menolong orang yang membutuhkan, menjamu tamu dan mengusahakan
kebutuhan bagi yang lemah’ 6)
Hikmah dari hadits ini adalah tentang kesetiaan Khodijah sebagai seorang istri yang baik, yang
cerdas akalnya, yang teguh hatinya, luas wawasannya, yang pantas diteladani bagi para muslimat.
Di saat suaminya menghadapi masalah dia ikut empati, memberi kabar gembira, dan memotivasi
agar mendapatkan jalan keluar. Juga memberi pelajaran agar seorang muslim memberikan
perlindungan dan ketenangan kepada siapa saja yang ditimpa kekawatiran.
Qodhi al-‘Iyadh berkata; gemetarnya nabi merupakan rasa ketakutan kalau-kalau beliau kelak tidak
mampu mengemban dan melaksanakan wahyu Allah. 7) Nabi saja demikian takutnya. Namun, kini
kita lihat umatnya yang begitu santai menyikapi wahyu Allah. Dan merasa sudah pasti masuk surga.
Para ulama’ berkata mengenai ucapan Khodijah kepada nabi; akhlak yang mulia dan perbuatan baik
sebenarnya menjadi penyelamat bagi pelakunya dari hal-hal yang buruk. Demikian pula sebaliknya,
akhlak yang buruk dan dosa-dosa menjadi penghancur bagi pelakunya.
Al-Qodhy ‘iyadh menukilkan kembali keterangan, kebaikan nabi bukan sekedar meniru budaya
suku Qoraisy yang baik saat iti seperti menjamu tamu, suka menanggung beban orang lemah, suka
berterima kasih, mempelajari majas-majas sastra. Namun lebih dari itu karena nabi memang sebagai
manusia pilihan Allah. 8)

Akhlak nabi menyambung silaturahmi, bisa dilakukan seorang muslim dengan mengunjungi
keluarga-keluarganya, sanak kerabat dan sahabat-sahabat dengan berbuat baik kepada mereka.
Misalnya; memberi hadiah, mengucapkan salam, membantunya dengan berbuat baik secara materiil
maupun immaterial, mendakwahi mereka jika masih kafir. Demikian pendapat imam Al-Khotoby
dan Abu ‘Abbas Tsa’lab. 9)

MENGHADAP WAROQOH
Rosulullah dan Khodijah kemudian menghadap Waroqoh bin Naufal ibnu Asad yang memeluk
agama ahli kitab yang masih bertauhid. Lalu dia berkata kepada Nabi; ‘andai saja aku masih hidup
ketika masamu kelak engkau diusir oleh kaummu nanti, niscaya aku akan menolongmu mati-
matian. 10

Ringkasan hadits yang panjang ini menunjukkan bahwa Waroqoh anak paman dari Khodijah
tersebut beragama ahlul kitab yang bertauhid dan bukan Kristen, sebab dia akan memeluk Islam
sebagai agama penyempurna bagi seluruh agama, dan akan membela nabi mati-matian.

TURUNNYA AL-MUDDATSIR 1 – 5
Walid bin Mughiroh membuat jamuan makan daging unta kepada orang-orang Quraisy dan
berembuk dengan mereka tentang julukan apa yang paling pantas untuk rosulullah. Lalu mereka
sepakat memberi nabi dengan gelar-gelar yang teramat jahat yakni; ‘sahir’ (tukang sihir),
‘kahin’ (dukun/paranormal), ‘syair’ (tukang pantun), ‘majnun’ (gila), ‘kadzib’ (pembual/pendusta),
‘safih’ (dungu) dan sebagainya. 11)Wal’iyadzu billah.
Hal tersebut membuat hati nabi menjadi pilu dan membuatnya sedih berselimut. Lalu Allah
menurunkan ayatnya;
“Wahai orang-orang yang berselimut. Bangunlah maka berilah peringatan. Dan Robbmu
agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, jauhilah”. (Al-Muddatsir; 1-5) 11)
Rosulullah diperintah dalam ayat ini, termasuk khitabnya juga kepada kita sebagai umatnya agar
bersungguh-sungguh dalam beribadah, bangkit bersemangat untuk berdakwah, baik dengan lisan
maupun perbuatan, mengagungkan Allah dengan memurnikan tauhid, dan selalu bersabar
menghadapi manusia, sabar akan tantangan kehidupan. Sebagaimana yang dijelaskan Imam Ibnu
Katsir.
Syeikh As-Sa’dy menjelaskan ayat ‘watsiyaabaka fathohhir’ (maka pakaianmu sucikanlah) dengan
makna isyti’aroh atau majas; maka sucikanlah dirimu dari dosa-dosa, jagalah kebersihan dan
bersihkanlah niyat-niyat hatimu. 13)

‘Watsiyaabaka fathohhir’ mengandung nasehat yang agung kepada kita agar membersihkan diri dari
kerusakan-kerusakan berupa; syirik, riyak, nifaq, ‘ujub, takabbur, ghoflah (lalai) dan sejenisnya.
Jauhilah perbuatan dosa, hindarilah amal apa saja yang buruk dari dosa besar maupun kecil. Artinya
pula perbaikilah urusan dan amal perbuatanmu, bersihkanlah pakaianmu.14)Wallohu a’lam. [Syah]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Blog Pinger Free