SubmitYahoo OPTIMIS, DINAMIS, BERPIKIR KRITIS, DAN PENGENDALIAN DIRI ~ Febri Irawanto - ilmu kita

Google Plus

Senin, 12 Desember 2011

OPTIMIS, DINAMIS, BERPIKIR KRITIS, DAN PENGENDALIAN DIRI


MODUL D1

OPTIMIS, DINAMIS, BERPIKIR KRITIS, DAN PENGENDALIAN DIRI

Kompetensi         : Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat tercela, dan bertata krama dalam kehidupan sehari-hari

Sub kompetensi  : Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji

Alokasi waktu      : 2 jam (1 x pertemuan)

a.      Tujuan Kegiatan Belajar
Setelah mempelajari uraian kegiatan belajar ini, anda diharapkan:
1)      Dapat menjelaskan tentang optimis, dinamis, berpikir kritis, dan pengendalian diri
2)      Dapat menjelaskan tentang hikmah bersikap dan berperilaku optimis, dinamis, berpikir kritis, dan pengendalian diri
3)      Dapat menunjukkan sikap dan perilaku optimis dan dinamis
4)      Dapat menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan mengendalikan diri

b.      Uraian Kegiatan Belajar
1)      Optimis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan.
Misalnya :
q       Seorang siswa (siswi) yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih
q       Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau dia berpikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamarannya diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.

Optimistis termasuk sifat terpuji. Sifat optimistis seharusnya dimiliki oleh setiap muslim (muslimah). Seorang muslim (muslimah) yang optimis tentu akan berprasangka baik tehadap Allah. Ia akan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat.
Kebalikan dari sifat optimistis ialah pesimistis. Sifat pesimistis ini seharusnya dijauhi, karena termasuk ke dalam sifat tercela. Seseorang yang pesimis dapat diartikan berprasangka buruk kepada Allah. Ia dalam hidupnya kemungkinan besar tidak akan memperoleh kemajuan. Sesorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencobanya.
Muslim (muslimah) yang bersifat optimistis hendaknya bertawakkal kepada Allah SWT yaitu berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang dicita-citakannya, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT. Orang yang tawakkal tentu akan memperoleh pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:

.

      Artinya:
      “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya.” (Q.S. Ath Thalaq: 3)

2)      Dinamis

Kata dimanis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, terus tumbuh. Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju.
Misalnya:
q       Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat
q       Seorang pedagang akan terus berusaha agar hasil usaha dagangnya berkembang
q       Seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajarnya supaya ilmunya bertambah.

Sikap perilaku dinamis seperti tersebut sebenarnya sesuai dengan fitrah (pembawaan) manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah SWT berfirman:
.

Artinya:
“Sesungguhnya kamu akan melalui jalan (naik) setingkat demi setingkat.” (Q.S. Al Insyiqaq: 19)

Mengacu kepada pengertian dinamis tersebut, jelas bahwa sikap dinamis termasuk akhlakul karimah, yang seyogyanya dimiliki dan diamalkan oleh setiap muslim (muslimah). Seorang muslim (muslimah) yang sudah meraih prestasi, baik dalam bidang positif seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam bidang pertanian dan perdagangan serta dalam bidang ekonomi dan industri, hendaknya berusaha terus meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik lagi. Hal itu sesuai dengan siruhan Allah SWT dalam Al Quran dan anjuran Rasulullah SAW dalam hadisnya. Allah SWT berfirman :



Artinya:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al Insyirah: 7-8)

Juga Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela.” (H.R. Thabrani)
Kebalikan dari sifat dinamis adalah sifat statis. Sifat statis seharusnya dijauhi karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian. Seorang siswa/siswi yang berperilaku statis biasanya malas belajar dan tidak bergairah untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan siswa (siswi) tersebut kualitas ilmunya tidak akan meningkat, sehinggaia tergolong orang yang merugi bahkan tercela.
Seorang petani yang berperilaku statis, tentu tidak akan mau berusaha mencari cara baru yang lebih baik agar usaha pertaniannya meningkat. Padahal rasulullah SAW sangat menyetujui dan mendorong umatnya agar bersikap dinamis dalam hal-hal baik dan bermanfaat, misalnya dalambidang pertanian. Coba cermati dalam kisah berikut.

Nasihat Rasulullah SAW
      Pada masa Rasulullah SAW, ada seorang petani kurma yang berusaha meningkatkan hasil panennya dengan cara mengawinkan kurma yang kurang subur dengan kurma yang subur. Petani kurma itu bertanya kepada rasulullah SAW tentang usaha tersebut. Kemudian Rasulullah SAW ,enjawab: “antum a’lamu bi umuuri dunyaakum” (Kamu lebih tahu dalam urusan duniamu).

3)      Berpikir Kritis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa berpikir kritis itu artinya tajam dalam penganalisaan, bersifat tidak lekas percaya, dan sifat selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang ahli memberi kritik atau memberikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus.
Kritik itu ada dua macam yaitu, yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Kritik yang termasuk akhlak perpuji adalah kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk memberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahannya, kekeliruannya, dan kekurangan, disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangan tersebut. Rasulullah SAW bersabda:

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Blog Pinger Free