MODUL : HENTI JANTUNG DAN KEMATIAN JANTUNG MENDADAK
Oleh : Rani Wahyoe Prasanti
DEFINISI :
Kematian Jantung Mendadak : adalah suatu kematian alami sebagai akibat langsung dari henti jantung yang ditandai dengan hilangnya kesadaran secara mendadak dalam 1 jam sejak munculnya gejala akut, pada orang yang mungkin memiliki penyakit jantung tetapi saat dan cara kematiannya tidak diperkirakan sebelumnya.
ETIOLOGI, FAKTOR PENCETUS DAN EPIDEMIOLOGI KLINIS :
- Penyebab tersering adalah kelainan jantung. - Insidensi terbanyak kematian jantung mendadak adalah pada neonatus sampai umur 6
bulan (sindroma kematian bayi mendadak), meningkat pada usia di atas 30 tahun,
mencapai puncak pada usia 45-75 tahun. Bertambahnya usia dalam kurun usia di atas
merupakan faktor risiko yang berarti.
- Faktor herediter memegang peranan dalam faktor risiko, biasanya berupa predisposisi
herediter untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
Beberapa bentuk yang spesifik : sindroma pemanjangan QT interval kongenital,
displasia ventrikel kanan, sindroma RBBB dan non-ischemic ST-segment elevations
(Sindroma Brugada).
Kategori mayor yang menjadi predisposisi untuk terjadinya kematian jantung mendadak adalah :
Kelainan struktural :
I. Penyakit Jantung Koroner
A. Kelainan Arteri Koroner
1. Lesi aterosklerotik kronis
2. Lesi akut/aktif (fisura plak, agregasi platelet, trombosis akut)
3. Anomali anatomi arteri koroner
B. Infark miokardial
1. Infark lama
2. Infark akut
II. Hipertrofi Miokardial
A. Sekunder
B. Kardiomiopati hipertrofi
1. Obstruktif
2. Non Obstruktif
III. Kardiomiopati Dilatasi
IV. Kelainan Inflamasi dan Infiltratif
A. Miokarditis
B. Penyakit inflamasi non infeksi
C. Penyakit Infitratif
V. Penyakit Katup Jantung
VI. Abnormalitas Elektrofisiologi struktural
A. Anomali konduksi pada sindroma Wolff-Parkinson-White
B. Penyakit sistem Konduksi
C. Struktur chanel membran (contoh: congenital long QT syndrome)
Kelainan Fungsional:
I. Gangguan Aliran Darah Koroner
A. Transient ischemia
B. Reperfusi setelah iskemia
II. Keadaan Curah Jantung yang rendah
A. Gagal jantung
1. Kronik
2. Dekompensasi akut
B. Syok
III. Abnormalitas metabolisme sistemik
A. Ketidakseimbangan elektrolit (contoh : Hipokalemia)
B. Hipoksemia, asidosis
IV. Gangguan Neurofisiologis
A. Fluktuasi Otonom: sentral, neural, humoral
B. Fungsi reseptor
V. Respons toksik
A. Efek obat proaritmia
B. Toksin jantung (contoh: kokain,intoksikasi digitalis)
C. Interaksi obat
KARAKTERISTIK KLINIS HENTI JANTUNG :
Gejala prodormal kematian jantung mendadak : tidak spesifik, berupa peningkatan serangan angina, sesak, palpitasi, kelemahan badan dan keluhan-keluhan non spesifik lainnya dalam beberapa hari, minggu ataupun bulan.
Onset dari keadaan terminal yang berkembang menjadi henti jantung didefinisikan sebagai perubahan akut dari status kardiovaskuler yang berubah menjadi henti jantung dalam 1 jam. Jika onset mendadak kemungkinan penyebab berasal dari jantung adalah 95 %.
Henti jantung biasanya berlanjut menjadi kematian dalam beberapa menit jika tidak dilakukan intervensi aktif yang adekuat.
Keberhasilan resusitasi berhubungan dengan:
- interval waktu saat onset sampai resusitasi,
- setting tempat kejadian,
- mekanisme (VF,VT, pulseless electrical activity, asystole)
- status klinis pasien sebelum henti jantung.
Hasil terbaik pada VT, kemudian VF. Asystole dan pulseless electrical activity mempunyai prognosa terburuk.
Pada keadaan Infark miokard harus dibedakan antara henti jantung primer dan sekunder. Henti jantung primer : tidak ditemukan instabilitas hemodinamik.
Henti jantung sekunder : terjdi pada penderita dengan hemodinamik abnormal sebelum terjadinya henti jantung.
Identifikasi penderita yang berisiko untuk terjadinya kematian jantung mendadak :
Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner :
- usia
- tekanan darah tinggi
- hipertrofi ventrikel kiri
- perokok
- hiperkolesterolemia
- obesitas
- abnormalitas EKG non spesifik
PENATALAKSANAAN :
1. Pertolongan pertama dan bantuan hidup dasar :
- dapat dilakukan oleh dokter, perawat, paramedis dan awam terlatih
- observasi gerakan nafas, warna kulit dan pulsasi arteri karotis atau femoralis, untuk
mengetahui keadaan yang mengancam jiwa.
- Jika didapatkan stridor, menandakan adanya sumbatan jalan nafas. Lakukan Heimlich maneuver untuk membebaskan jalan nafas dari benda asing, atau sisa makanan.
- Ekstensikan kepala, angkat dagu untuk mengekplorasi orofaring bersihkan dari sisa makanan atau benda asing
- Lakukan precordial thump
- Kemudian lakukan resusitasi jantung-paru.
2. Bantuan hidup lanjutan :
Bertujuan untuk memberikan ventilasi adekuat, mengontrol aritmia jantung, stabilisasi tekanan darah dan curah jantung, dan memperbaiki perfusi organ.
Tindakan yang dilakukan termasuk :
a. intubasi endotrakheal
b. defibrilasi/kardioversi dan atau pacu jantung
c. pemasangan iv line
3. Perawatan pasca resusitasi :
Fase ini ditentukan oleh clinical setting dari henti jantung.
Algoritma VF atau hipotensif VT :
Defibrilasi sampai 3x untuk VF/VT yg menetap
200 J,200-300 J, 360 J
gagal
Lanjutkan RJP, intubasi, akses vena
Gagal
Epinefrin, 1 mg iv bolus, ulangi tiap 3-5 menit
gagal
Defibrilasi 360 J dlam 30-60 detik
Gagal
Epi, á dosis antiaritmia NaHCO3 1 mEq/kg (áK+)
Lidokain : 1-5 mg/kg, Prokainamid : 30 mg/menit,
ulangi dlm 3-5 menit sampai 17 mg/kg
Amiodaron : 150 mg selama 10 menit Magnesium sulfat :1-2 gr iv
1 mg/ menit (polimorfic VT)
Bretilium : 5 mg/kg; 10 mg/kg
dalam5 menit
Defibrilasi 360 J : drug- shock- drug- shock
Algoritma Bradikardia / asistol atau Pulseless electrical activity :
Lanjutkan RJP, intubasi, akses vena
Konfirmasi asistol Nilai blood flow
(utk asistol &bradiaritmia) (utk pulseless electrical activity)
Identifikasi & terapi penyebab
Hipoksia Hipovolemia Emboli paru
Hiper/hipokalemia Hipoksia Overdosis obat
Asidosis berat Tamponade Hiperkalemia
Overdosis obat Pneumothorax Asidosis berat
Hipotermia Hipotermia IMA masif
Epinefrin --- Atropin --- NaHCO3
1 mg iv (ulangi) 1 mg iv (ulangi) 1 mEq/kg iv
Pacing—eksternal atau pacing wire
0 komentar:
Posting Komentar